Menjauhkan untuk mendekatkan
Cinta dengan cepat berlari menuju rumahnya. Ia langsung masuk begitu saja melewati ibunya yang tengah asik membaca majalah di ruang tamu. Gadis itu menuju kamar tanpa mengucap salam sepatah kata pun. Satu hentakan disertai pintu yang tertutup kencang. Air mata mengalir deras di pipinya. “Tidak. Nggak mungkin dia menikah dengan wanita lain.” Hatinya terus berkata demikian meskipun kenyataannya berbeda jauh.
Undangan pernikahan di tangannya menjadi bukti bahwa kekasihnya tinggal menghitung hari lagi sah menjadi milik orang lain. Pria yang ia temani bertahun-tahun bukanlah jodohnya.
***
Suara dering ponsel yang cukup nyaring itu berhasil membangunkan Cinta. Ia terkesiap ketika panggilan masuk di handphone dengan tampilan wallpaper bergambar bunga mawar itu mengerjap-ngerjap.
“Loh, Wanda mau ngapain telepon jam segini? Masih pagi buta kok dia telepon?”
Cinta kini mengubah posisi menjadi duduk di ranjang sembari mengumpulkan nyawa yang sebagian masih tertinggal di alam bawah sadar. Ia merenggangkan tubuhnya perlahan. Gadis yang masih mengenakan hijab saat ter...