Aku pernah percaya cinta adalah tempat untuk duduk. Tempat di mana aku bisa meletakkan lelah, menumpukan beban, menghela napas panjang tanpa takut jatuh.
Kursi pertamaku adalah ayahku, terbuat dari kayu jati yang usang. Sejak kecil, aku duduk di pangkuannya, menyelusup di sela lengannya yang hangat, menghirup aroma tembakau dan kayu yang bersemu waktu. Di balik ketenangan itu, aku tak tahu saat itu, retakan kecil mulai merayapi kayunya. Senyap, ta...