Paradoks Kehidupan

Oleh: Shinta Larasati Hardjono

Mendung kembali menggantung di langit sore itu, seakan menjadi pengingat bagi Rania bahwa hidupnya belum sepenuhnya terbebas dari bayang-bayang masa lalu. Di dalam apartemennya yang sederhana, Rania duduk termenung di tepi jendela, memandang jalanan di bawah yang mulai basah oleh hujan.

“Kenapa harus selalu seperti ini?” Gumamnya pelan, seolah bertanya pada dirinya sendiri.

Hidup Rania adalah rangkaian badai yang tak kunjung reda. Sejak kehilangan orang tuanya dalam kecelakaan tragis beberapa tahun lalu, dia merasa seolah dunia telah memutuskan untuk mengujinya tanpa henti. Tapi, meski kerap terjatuh, Rania selalu bangkit. 

Dia menyeka air mata yang tiba-tiba menggenang di sudut matanya. Ini bukan waktunya untuk menangis. Dia harus segera bersiap-siap. Malam ini, ada pertemuan penting yang tidak bisa dia lewatkan.

---

Di kafe kecil di sudut kota, Rania duduk menunggu. Hatinya gelisah, tangannya bergetar sedikit saat meraih cangkir kopinya. Lalu pintu kafe terbuka, dan seorang pria berj...

Baca selengkapnya →