“Ini tidak masuk akal!”
“Apanya yang tidak masuk akal?” tanya Pak Adrian.
Rambut tipisnya yang sudah memutih itu tersibak sedikit ketika dia membalikkan badannya ke arahku. Tatapan matanya tetap tajam meski wajahnya sudah mulai digerogoti keriput. Penampilannya necis dengan kemeja cokelat—yang terkesan mahal—dan celana panjang hitam. Dia duduk di kursinya—atau singgasananya barangkali—sementara aku berdiri di hadapannya, terhalan...