“Eh, bengong.”
Suara Yuna yang tiba-tiba dan renyah memecah keheningan sore yang pekat. Mentari hanya melirik sekilas, matanya yang sejak tadi terpaku pada helai-helai daun yang berguguran di taman belakang kampus—seolah setiap jatuhan daun membawa serta sebongkah kenangan—tanpa menunjukkan keterkejutan sedikit pun.
“Kenapa, Tar?” Tanya Yuna, merebahkan diri dengan santai di kursi kayu di sampingnya.
“Nggak apa-apa,” jawa...