Suara klakson saling sahut-menyahut di tengah kemacetan menjadi pemandangan biasa di kota-kota besar, kota Bogor contohnya. Pagi ini seperti aktivitas di hari sebelum dan sebelumnya lagi yang selalu Nusra lakukan, selesai memakai seragam putih abu-abu serta jilbab putih segiempat ia bergegas menuju ruang makan sembari membawa tas sekolah juga tas persegi panjang berwarna hitam berisi busur dan anak panah, setibanya di ruang makan Nusra melihat Paman Narso sudah berada di sana bersama koran harian yang selalu menemaninya sarapan sedangkan Bibi Vintari meletakkan piring saji berisi Nugget ayam yang masih panas; baru keluar dari penggorengan.
“Pagi Paman…Bibi!” Sapa Nusra ramah seraya meletakkan dua tas miliknya di atas kursi lalu menarik kursi satunya setelah itu duduk di sana.
“Pagi juga sayang!” Balas Bibi Vintari ramah,”Hari ini kamu ada jadwal kegiatan Ekstrakulikuler?” Tanyanya.
Nusra mengangguk mengiyakan lalu mengambil piring dan sendok setelah itu mengambil nasi juga lauk pauk seperti Nugget, sayur sop dan telur ceplok yang kemudian memindahkannya ke atas piringnya. Tidak ketinggalan gadis itu juga mengambil gelas yang sudah di sediakan di atas meja makan lalu mengambil teko besar berisi air putih dan menuangkannya ke dalam gelas, merasa semua sudah lengkap barulah Nusra mulai sarapan dengan nikmat; begitu juga dengan Paman Narso dan Bibi Vintari, membuat suasana di ruangan tersebut menjadi hening. Tidak sampai 20 menit Nusra sudah selesai sarapan lalu merapikan piring dan gelas bekas miliknya kemudian membawanya ke bak cuci piring setelah itu mengambil dua tas miliknya dari atas kursi.
“Paman…Bibi, Nusra berangkat dulu!” Ucap Nusra langsung menghampiri Bibi Vintari lalu mencium punggung tangannya kemudian beralih ke Paman Narso, akan tetapi pria setengah baya itu malah sibuk dengan makanannya dan mengabaikan tangan keponakannya yang terulur kepadanya untuk salim.
“Sayang, Nusra mau salim kepadamu!” Bibi Vintari berseru mengingatkan. Mendengar kata istrinya itu dengan berat hati Paman Narso meletakkan sendoknya kemudian mengulurkan tangannya dan membiarkan gadis remaja berusia 16 tahun itu mencium tangan pria itu walau hanya sebentar.”Nusra ingat, jangan tunjukkan kemampuan anehmu kepada semua orang. Kau mengertikan!” Ucap Paman Narso memperingatkan. Sambil tersenyum Nusra mengangguk saja kemudian pamit kepada mereka berdua.
****
Terlahir memiliki kemampuan unik, yaitu seorang pengendali angin. Sayangnya Nusra di jauhi dan tidak memiliki teman saat masih sekolah dasar, di tambah dengan statusnya yang bersandang anak yatim piatu karena kedua orang tuanya meninggal dengan cara tidak biasa yang sayangnya Nusra tidak ketahui, bahkan Bibi Vintari tidak menjawab ketika Nusra bertanya soal kedua orang tuanya. Tetapi beruntungnya ada Bibi Vintari yang selau menghibur hatinya kala sedih walau sempat memberi saran kepada Nusra untuk berbohong tentang kemampuannya agar terhindar dari kejadian tidak menyenangkan. Setibanya di sekolah Nusra melewati lapangan basket sekaligus bendera menuju tangga kemudian menaiki satu per satu anak tangga hingga di ujungnya lalu jalan lima langkah menuju kelasnya, suasana ramai langsung menyambut kedatamgannya yang sayangnya di abaikan oleh teman-teman Nusra. Baru saja gadis itu duduk setelah meletakkan dua tasnya; satu di atas kursi yang di jepit oleh punggungnya dan satu lagi di letakkan di samping kursi yang berisi busur dan anak panah, seorang pemuda bertubuh tinggi serta memakai seragam yang sama namun tampak tidak rapi; dasi di biarkan longgar lalu ujung baju yang tidak di masukkan serta jaket abu-abu yang sengaja di ikat di pinggangnya berjalan menghampiri meja Nusra setelah itu dia bertanya.
“Nusra tugasmu sudah selesai belum?” Tanya Zavian.
Nusra memandang pemuda itu dengan datar dan jengah juga pertanyaannya yang di lontarkannya tentang tugas,”Tugas mana yang kau maksud?” Nusra balik bertanya.
“Tugas Bahasa Arab?” Jawab Zavian dingin.
Sambil menghela napas Nusra mengambil tasnya di belakang punggungnya lalu membuka tas itu dan mengaduk isinya setelah itu mengeluarkan sebuah buku bersampul cokelat cream bertulis ‘Bahasa Arab’ serta nama Nusra disana lalu meletakkannya di atas mejanya,”Sampai kapan kamu minjam bukuku terus? Yang lain kan bisa?” Tanya Nusra.
“Malas, terima kasih ya! Kukembalikan saat jam istirahat nanti!” Balas Zavian seraya mengambil buku itu lalu kembali ke mejanya saat bel masuk sudah berbunyi. Nusra mendengu...