Sebelum kubakar rumahku, sebelum kematianku, setelah peristiwa kebakaran dua tahun lalu, Mai datang ke rumah baru kami tidak melewati ambang pintu. Dia muncul bersamaan dengan asap yang mendesak pernapasanku.
Aku ingat betul kali pertama ia berkunjung malam menjelang dini hari di beranda rumah. Saat itu aku akan menginjak puntung rokok menggunakan sandal selop yang menggantung di telapak kaki kiri. Asap rokok itu tipis. Sungguh mustahil untuk menyembunyikan tubuh perempuan dewasa. Namun, Mai muncul dari situ.
Ia tampak kesal, “ Sudah kau habiskan berapa bungkus r...