Sebulan lalu, undangan pernikahan dari Windy, teman SMA-ku, tiba di meja kerjaku. Aku menggenggamnya sambil menatap kosong ke arah kalender di dinding. Pikiranku melayang, mengingat kejadian serupa beberapa waktu lalu.
Waktu itu, aku datang sendiri ke pernikahan seorang teman. Mengenakan sepasang baju cokelat dan kerudung hitam, aku melangkah dengan percaya diri melewati pintu masuk yang penuh dengan hiasan bunga melati. Namun, seiring langkahku menuju meja prasmanan, suara tawa dan bisik-bisik dari pasangan lain terasa meneka...