Kuceritakan ini, karena mungkin kamu —terutama yang akan membacanya tiga puluh-empat puluh tahun lagi— tidak pernah merasakan apa yang kualami, sebuah realita semasa kanak-kanak yang melibatkan kebiadaban tetapi amat menyenangkan. Riwayat ini kuingat lagi ketika aku menjemput anak bungsuku pulang sekolah.
Seperti biasa, setelah melihat mobilku dari jauh, si bungsu berlari-lari kecil. Lazimnya aku akan memandangnya terus sampai ia tiba di pintu...