Perjanjian Bersama Sehari Malam

Oleh: Aneidda

Dinda

Ya, aku inginkan.

Ya, aku mau.

Ya, aku menciumnya.

Ya, malam itu.

Ya, hari itu.

Sehari dan malam itu. Aku, Dinda. Aku bertanya padanya untuk bersama. Meminta padanya untuk bersama. Mencium, memeluk, menyayangi, jatuh cinta, memandang, menyentuh, merasa, mengobrol, melamun. Sehari malam itu. 

Aku Dinda dan aku ingin. Karena aku rindu. Karena aku penasaran. Sebuah percobaan sakit, yang seharusnya tak dilakukan. Menyesal juga tidak, bahagia apalagi. Tersisa sedih, sakit, dan kenangan pasti. Sesak.

Seperti sebuah peraturan. Sebuah perjanjian. Kontrak. Aku yang menyusun, dia ada untuk menyetujui. Aku butuh tanda tangannya. Mungkin sudah gila. Tapi sadar atas resiko yang akan datang setelah tertandatangani. Aku menulisnya dengan sesak, dengan debaran tak henti, dengan bayangan air mata. Tapi tetap menulisnya. 

Gila. Bodoh. Tidak juga, karena s...

Baca selengkapnya →