Kami membicarakan itu lagi, selayaknya dua manusia yang begitu paham kehidupan. Dadaku sudah sesak, urat-urat di sekujur tubuhku juga menegang. Aku tak suka dihakimi tanpa dipertanyakan kenapa aku sedemikian rupa.
Aku bisa merasakan suaraku yang serak, tapi sebisa mungkin aku tertawa seolah apa yang ia katakan cukup ku aminkan. Sejatinya ada yang berkeruh di dadaku, amarah yang tak kuingin meledak di sini.
Entah apa yang terjadi, aku juga tak tahu bagaimana ...