Darmadi menghentikan motornya tepat di garis batas parkir sebuah rumah makan padang. Bagian depan menghadap utara, sepatbornya menoleh ke arah kiblat. Posisi motornya seumpama mayit saat akan dikuburkan. Setelah mengunci setangnya dua kali, dia melangkah masuk ke dalam rumah makan yang belum terlalu ramai itu. Maklum belum masuk jam makan siang, dan sejatinya Darmadi juga tidak suka kalau obrolan soal bisnis dikelilingi khalayak yang tak berkepentingan.
Di sudut yang tidak terlalu menarik, dua orang yang menunggunya terlihat tengah menyantap masing-masing seporsi nasi padang yang asapnya masih mengepul, tanda kalau nasinya memang baru diangkat dari dandang.
“Maaf, sudah lama, ya?” sapa Darmadi, “Biasa, pagi-pagi ada saja deal yang harus cair,” lanjutnya.
“...