Di balik meja kayu berlapis taplak batik lusuh, kamu membiarkan peluhmu kering dengan sendirinya. Tanpa lap, apalagi kertas tisu yang sudah lama tidak kamu bawa-bawa, karena kamu terlalu yakin, menggunakan kertas tisu hanya akan menyia-nyiakan pohon tumbang. Kamu berlari, ke balik pintu, melakukan ritualmu seperti malam-malam sebelumnya, dengan napas tersengal-sengal.
Kamu ingin memandanginya lagi di balik jendela. Ia yang duduk memandangi jalanan dengan tat...