Pinjam Seratus

Oleh: Heri Winarko

Jika saja bukan karena sesuatu yang sangat mendesak, manalah sudi aku menemui kawan lamaku di Jogja itu. Arif Arafah, sudah sekian tahun terakhir kuhapus namanya di Blackberry Messenger. Delkon permanen, selalu abaikan permintaan pertemanan darinya.

Untung saja, laman facebook-nya masih terhubung, meskipun hanya 1 dari 30 postingannya yang kubaca. Posting terakhir yang kubaca dan kuingat, sedikit menyakitkan hati. Arif menulis: Percaya itu lebih mudah daripada berpikir, karena itu lebih banyak orang beriman daripada orang atheis. Selama ini aku merasa sebagai orang beriman, padahal di sisi yang lain aku juga orang yang sangat pemikir.

Pemikir itu maksudnya segala sesuatu selalu dipikirkan secara mendalam. Misalnya ketika aku bangun kesiangan, hal pertama yang kulakukan adalah duduk lama di tempat tidur, memikirkan kenapa aku bisa bangun kesiangan. Apakah karena badanku yang tidak fit, atau karena semalam tidurku terlambat. Jika karena badan tidak fit, aku akan mencari tahu penyebabnya: apakah karena terlalu keras bekerja atau karena salah satu makanan yang kuudap. Jika semalam tidur terlambat, aku akan mencari tahu penyebabnya: apakah karena banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan hingga larut malam atau karena terlalu lama menimbang-nimbang jam berapa aku sebaiknya tidur malam itu. Terus terang saja, alasan terakhir itu yang lebih sering terjadi. 

* * *

"Sesuatu yang sangat men...

Baca selengkapnya →