Pisau

Oleh: Sulistiyo Suparno

Menggunakan pantat cobek batu, Rupiah mengasah pisau. Bagai kening Rupiah saat lajang, pisau itu berkilat. Perempuan berwajah tirus dan kurus itu menyeringai, menyorongkan pisau pada Mbok Giyem. “Sudah tajam,” desisnya.

Mbok Giyem bergidik. Perempuan 60-an tahun itu menyentuh lembut penuh kasih tangan Rupiah.

“Kamu mandi dulu, ya, Rup? Air hangat sudah siap.”

“Tidak mau, Mbok. Aku mau nunggu Kang Badrun,” sahut Rupiah cemberut.

“Boleh. Tapi mandi dulu biar wangi. Kang Badrun datang jam lima. Sekarang masih jam empat.”

Perlahan Mbok...

Baca selengkapnya →