Kantin adalah sebuah tempat menyenangkan selepas menyelesaikan estafet panjang dua kelas perkuliahan. Sebetulnya ada perpustakaan yang begitu ademnya, apabila memperhatikan kondisi cuaca yang teriknya menusuk tulang ini. Tapi untuk orang seperti Ricky yang tak gemar membaca, perpustakaan yang penuh dengan buku jelas bukan pemandangan yang menyenangkan–apalagi untuk melepaskan kejenuhan setelah nyaris empat jam mendengarkan materi kuliah hukum dari dua dosen yang berbeda.
Bagi pemuda bertinggi badan sekitar 180 cm dan berkacamata minus rendah ini, kantin jelas merupakan oase. Seperti oase yang biasanya dicari-cari para musafir di gurun pasir, begitup...