"Lagi dan lagi, anak kecil berusia enam tahun di laporkan hilang setelah pulang sekolah. Sampai kini belum ditemukan," suara pembawa berita perempuan itu menggema memenuhi ruang keluarga tempat televisi berada.
Sang pemilik rumah tengah sibuk mengenakan kaos kaki di kakinya, dua telinganya yang fokus mendengarkan, sedangkan mata dan tangannya sibuk pada kaki. "Para orang tua dihimbau untuk mengawasi anak masing-masing karena ini adalah kasus orang hilang yang ke-6 dalam kurun waktu satu bulan belakangan."
Azof masih tetap mendengarkan, namun tak lama berita itu disudahi dan berganti dengan iklan salah satu produk di televisi. Membuatnya segera mematikan televisi itu dan mengambil tas kerjanya untuk berangkat.
Sisa makanan yang ada di meja makan ia biarkan, sepiring tumis daging berwarna kecoklatan karena dibumbui kecap, dan sisa nasi di tepi piring ceper, serta air putih yang hanya tersisa sedikit di dalam gelas bening berleher panjang.
Foto-foto keluarga terjejer rapi di beberapa meja dan dinding. Di dinding ruang keluarga, ada foto berukuran besar berisi foto Azof dan orang tuanya, berada di tengah-tengah tembok. Lalu di samping sofa ada rak setinggi 2 meter yang penuh dengan botol wine berbaris rapi.
Azof, laki-laki berusia 29 tahun yang bekerja di salah satu bank itu segera keluar rumah dengan menenteng tas kerja dan jaketnya. Kakinya sempat berhenti untuk mengunci pintu utama, lalu kembali berjalan untuk menggapai rak tempat sepatunya berada.
"Mau berangkat bareng nggak Bang?" Azof mengangkat kepalanya yang tadi fokus pada sepatu pantovel hitam yang kini sudah terpakai di kakinya.
Azof tersenyum, "Boleh deh Bas, lumayan irit biaya ojek...