“Arghhh” rintihku menahan perih saat melihat keranda Mak melenggang jauh. Melenggang jauh ke tempat abadi yang tak siapapun diizinkan kembali. Suara tangis beradu syahdu dengan gelegar petir yang sedari tadi menjadi lagu pengiring kepergian Mak. Mak yang selalu tersakiti kini benar-benar telah pergi.
Lalu apa yang akan kami pertahankan di tanah pundung ini? Padahal Mak yang segala-galanya telah pergi.
***
Suara bising mesin terus berderu—m...