Semalam, usai perjalanan astral yang mengguncang, aku terbangun dengan napas tersengal, leher dicekik oleh kekuatan tak terlihat, dan telapak tangan basah oleh keringat dingin. Dalam sekejap, aku terpental ke masa lalu, tepat sebelum kemerdekaan Indonesia, di mana aku bertemu Susi Maharani—sebuah pertemuan yang terasa begitu nyata, seakan aku benar-benar hidup di era itu, merasakan setiap detak dan emosi yang membara.
Aku berada di sebuah rumah ...