Anak laki-laki itu sudah lahir tepat waktu fajar menyingsing. Lahir dengan operasi sesar di sebuah rumah sakit paling elit dengan biaya penuh ditanggung oleh Bapak Presiden. Lahir dalam keadaan sudah disunat dan bersih dari darah. Ibu yang mengandungnya selama dua tahun tidak menanggung fitrah kewanitaannya yang berupa mengalirkan darah paling lama dua bulan dari vaginanya. Semua langsung bersih. Tanpa ari-ari yang harus dipendam di depan rumah di sebelah kanan pintu menurut keyakinan penduduk setempat.
Sejak pertama kali datang dari rumah sakit tepat waktu subuh esoknya, tidak ada tangisan yang pecah membisingkan suasana kampung yang damai dan permai. Orang-orang yang khusyuk dalam ibadah subuh tidak tahu menahu perihal kelahiran laki-laki yang dinanti-nanti itu. Kabar itu tiba-tiba beredar begitu saja ketika matahari terbit setinggi penggalah dan orang-orang mulai berhambur ke sawah.
Mereka segera mengerumuni rumah bahagia yang tempatnya tepat di pojok dusun. Dinding-dindingnya masih dari kayu yang diperkirakan usianya sudah ratusan tahun yang lalu. Rumah peninggalan sesepuh empat generasi yang kekuatannya telah teruji oleh waktu dan perubahan cuaca. ...