"Hah, sumpah, deh, masih pagi loh, tapi revisiannya setumpuk buku novel harry potter, Sin, huhuhu," kataku sambil merengek pada Sinta yang baru memasuki ruang kantor.
"Sabar, ya, Ann, lagian sih, lo juga harusnya gausa dateng sepagi ini, pasti lo yang ketemu, dan kena omel Pak Rumi, kan," Sinta menjawabku dengan nada khasnya.
Hari ini adalah hari keseratus aku bekerja dan mungkin ada sekitar 30 kali aku kena omelan pihak direktur bidang perencanaan. Pak Rumi.
Sebenarnya pertemuanku dengan pekerjaan ini juga berkat Pak Rumi, tapi aku sama sekali tak mengira kalau aku bakal bekerja tepat di bawah kontrolnya.
Sore itu saat aku sedang merebahkan diri di sofa sambil menonton drama korea yang sedang tren, tanpa sadar aku tertidur. Rumah orang tuaku memang tidak memberi sekat antara ruang keluarga dan ruang tamu, pikirnya agar rumah terlihat luas tetapi hal ini justru membuatku malu hingga mati kutu.
"Wah, Rum, sudah lama om tidak bertemu, kamu sudah semakin keren dan gagah pasti suka olahraga, ya?" Bapak pasti sengaja menaikkan nada bicaranya karena ada aku di sofa ruang keluarga.
"Kenapa juga, sih Bapak menyinggung soal olahraga juga, ya, memang pola hidupku mulai tidak teratur sejak lulus dari kuliah," gerutuku dalam hati saat itu.
Sejak awal Bapak menyinggung soal olahraga aku sudah bangun dan tak bisa tidur meski kupaksa. Tapi...