Ruang Tanpa Suara
Karya Mochammad Ikhsan Maulana
Matahari siang menyapa lembut, menciptakan bayang-bayang di trotoar kampus yang ramai. Di tengah kerumunan mahasiswa yang tergesa-gesa menuju kelas masing-masing, ada satu wajah yang selalu membuatnya berhenti sejenak—Sita. Perempuan berambut hitam dengan senyum yang selalu mampu memadamkan hiruk-pikuk di dalam hatinya. Sejak pertama kali melihat Sita di perpustakaan beberapa minggu lalu, Dimas tahu ada sesuatu yang berbeda.
Hari itu, Dimas sedang duduk di pojok perpustakaan, mengerjakan tugas makalah yang sudah mendekati tenggat waktu. Di antara tumpukan buku dan kertas yang berantakan, dia melihat Sita berjalan masuk. Wajahnya fokus, dengan buku di tangan. Tanpa sadar, Dimas menatap lebih lama dari seharusnya hingga tatapan mereka bertemu.
“Ada yang bisa ku...