Ketika membuka pintu rumah, Ibu menyambutku dengan tamparan. Aku baru pulang sekolah. Si Kembar kulihat duduk menunduk di kursi tamu. "Beraninya kau curi uang jajan si Kembar?! Sejak kapan Ibu mengajarimu mencuri?!"
Tatapan Ibu begitu jijik dan benci padaku. Bibirnya miring dan meruncing dan geraham bergemeletuk. Aku tak melawan. Sakit dan darah di bibir masih bisa kuterima dan sembuh kelak. Namun, hatiku masih saja menyimpan sakit yang tak kusada...