Aku mengagumi matamu dengan tatap tajam teduh itu. Bibirmu yang terkatup menawan. Hidung mancungmu yang kerap kubersihkan komedonya. Bangunan rahangmu yang membuat eksotis wajah lakimu. Kadang dewasa tapi kerap jika matamu terpejam, terlihat keluguan seorang bocah. Menerbitkan gairah naluri keibuanku untuk mencuri kecup semua alat indra itu dengan gemas. Kelopak matamu yang terkatup, pucuk hidungmu, daun kupingmu, bibir sensualmu, sungguh menyajikan pemandangan yang kontradiktif.
Aku mencintaimu. Mungkin sudah dalam taraf cinta dengan kegilaan. Kerap kegilaan itu sering kambuh jika tak kubaca chat whatsappmu dalam waktu sehari atau dua hari. Biasanya setelah kamu bertandang ke rumah, membuncahkan semua kerinduan yang selalu ada dan begitu membadai. Ketika kamu meninggalkanku, kelengangan terasa kembali saat menyadari sosok dan baya...