Sandal Untuk Ibu

Oleh: Erika Oktavian

Sandal Untuk Ibu

Gemerlap lampu diskotik beserta musik membuat kepala Anindya menggeleng seirama. Gadis yang baru keluar dari rumah tersebut berbaur dengan teman-temannya untuk merayakan ulang tahun. Anindya, anak yatim yang baru menginjak umur 21 tahun mengikuti ajakan teman-teman meski sudah dilarang oleh Ibunya.

“Ayok Nin, minum lagi! Mumpung ada yang traktir,” teriak teman-teman yang melihat Aninya hanya meneguk 2 gelas Cocktail.

Sementara teman-teman Anidya sudah membaur di lantai dan berjoget bercampur dengan pengunjung lain. Anindya yang baru pertama kali masuk ke kafe, masih belum bisa menyesuaikan diri. Berulang kali temannya menariknya untuk berjoget, tetapi Andya tidak bersedia.

“Kamu jangan kayak kuper! Suka musik, suka joget, tapi nggak mau turun. Buruan, atau yang punya hajat ulang tahun nanti kecewa gara-gara sikap kamu, ini,” kata Sari, teman Anindya yang dulu dikenal polos seperti Anindya.

“Aku malu, apalagi pakaianku terbuka kayak gini. Sesak lihat mereka joget berhimpitan. Entar kalau ada yang nakal gimana?” kata Anindya dengan kepala yang sudah terasa pusing.

Pesta ulang tahun Lili, teman Anindya saat SMA. Suara musik dan lampu gemerlap diiringi dengan dansa pasangan muda-mudi yang berbaur dengan pengunjung kafe. Anindya merasakan kebebasan pada malam ini, diiringi gelak tawa bersama dengan teman-temannya.

**

Anindya baru pertama kali masuk kafe. Dia dikenal sebagai gadis rumahan, karena setelah lulus sekolah hanya di rumah membantu ibunya berjualan gorengan keliling. Anak sulung dan masih mempunyai adik laki-laki yang masih duduk di bangku SMP.

Anindya sudah bosan dengan kehidupan yang tidak ada peningkatan sama sekali. Demi sesuap nasi mereka menjual gorengan keliling kampung. Tidak ada rasa malu, karena yang didapatkan semua halal, hanya saja Anindya lama kelamaan merasa bosan.

Keseharian tidak pernah ada hiburan sama sekali, selain membantu ibu. Pernah mengajukan lamaran kerja di sebuah perusahaan, tetapi tidak bertahan lama. Akhirnya kembali pulang ke rumah.

Hasil dari jualan gorengan hanya bisa untuk makan sehari-hari. Semua itu dijalani mereka, selama 3 tahun terakhir semenjak ayah Anindya meninggal karena kecelakaan kerja. Sedangkan uang dari perusahaan ayahnya sudah habis untuk modal dagang dan melunasi kredit sepeda motor.

Ibu Anindya yang dulu hanya sebagai ibu rumah tangga, sekarang harus memutar otak untuk merangkap kepala rumah tangga. Sangat berat, mengingat tidak punya ketrampilan sama sekali. Menghidupi kedua anak yang masih sekolah saat itu. Jatuh bangun usaha pada tahun pertama mereka jalani. Modal habis karena usaha macet dan tidak bisa menjual barang kembali.

Hari ini tahun ketiga, usaha sudah mulai lancar. Anindya setiap hari bisa membantu ibu, dan jumlah penjualan semakin meningkat. Hasil dari berjualan sedikit demi sedikit ditabung. Bahkan Ibu Anindya yang bernama Siti, tidak mengambil uang sepeserpun untuk mereka bersenang-senang.

Sebagai gadis yang menganjak dewasa. Tentu Anindya ingin seperti teman-teman yang lain. Meski mengetahui jika ekonomi mereka tidak mendukung untuk dia melakukan itu. Ibunya hanya berjanji, tetapi tidak tahu kapan akan ditepati.

Kesempatan mendapatkan undangan ulang tahun dari teman di sebuah kafe. Anindya ingin tahu bagaimana rasanya menikmati pesta di sebuah kafe be...

Baca selengkapnya →