Pagi itu seluruh siswa baru berbaris rapi dengan atribut MPLS yang ditentukan panitia beberapa hari sebelumnya. Berbagai macam ekspresi terpasang di wajah mereka. Ada yang takut, ada yang gelisah, bahkan ada yang jengkel ketika panitia MPLS terus saja memaksanya berjalan lebih cepat.
MPLS atau kepanjangan dari masa pengenalan lingkungan sekolah adalah hal yang paling dihindari oleh seorang Ciko Ananda, tidak pakai Jericho. Saat SMP ia berhasil lolos dari MPLS dengan dalih sakit perut berkepanjangan. Namun kini ia tak lagi bisa beralasan. Karena Mama mengetahui bahwa Ciko berbohong. Ia tak mengalami radang sakit perut sama sekali. Ciko justru bersembunyi seharian di dalam kamar sembari menonton serial India kesukaannya. Jangan salah, meski tampangnya rupawan dan mampu menjerat para wanita, bertubuh gagah bak aktor Korea, selera Ciko yakni menonton serial yang masih menyanyi sambil menari saat terkena musibah.
Berkalung name tag kreatif dari tali rapia dengan kardus bekas Indomie, tak lupa dengan topi kerucut yang Bapak buat hasil pemaksaan Ciko dengan muka sok imutnya, ia berjalan gontai menuju lapangan. Sementara peserta lainnya berlarian kalang kabut karena teguran panitia saat menyebut mereka “lelet kayak siput!” tidak dengan Ciko yang tampak santai saja. Ini bukan hari pertama, melainkan hari ketiga. Segala macam...