Aku membuka mata. Matahari belum benar-benar tenggelam, tapi langit sudah memerah seperti luka yang mengering perlahan. Kami duduk di dek samping kapal feri yang berlayar dari Padang Bai menuju Lembar. Angin laut membawa asin yang menggantung di kulit dan rasa kantuk yang baru saja kualami, lenyap bersama suara itu.
Ia berdiri dekat pagar kapal, memegang ponsel dengan tangan terangkat setengah. Rambutnya tergerai pelan ditiup angin. Bukan gaya yan...