Sebelum Malam Pertama

Oleh: Reni Refita

 

Refan menahan nafas, membaur dengan keheningan disekelilingnya ketika semua mata tertuju pada tangan Dr. Fadly yang menarik pintu peti es no 8. Suara decit aluminium menggema di seluruh ruangan. Hawa dingin seketika menghambur keluar dari peti, menyergap semua yang ada disana untuk kemudian bergidik ngeri. Setidaknya bagi Refan. Karena nyatanya Dr. Fadly dan para pengunjung lainnya tampak tenang, memperhatikan seonggok tubuh kaku yang menghuni ...

Baca selengkapnya →