Setelah sempat drop, aku kembali fokus pada hari-hariku walau masih dengan hati yang berantakan. Aku rasa dua minggu setelah pertengkaran hebat pertama dan terakhir kami, awan datang ke kafe menemuiku, tanpa janji dia datang sebagai tamu. Dan lagi, bukan aku yang menyambutnya ketika dia datang, aku sedang break saat itu. Karena duduk di area teras, dia melihat aku kembali dengan teman-temanku sementara aku belum menyadari kedatangannya sampai kembali bertugas dan diberi tau temanku.
"Teh ada yang nyari, table 3."
"Saha? (siapa?)."
"Yang waktu itu pernah kesini."
'Yang pernah kesini kan banyak neng.'
"Itu temen teteh yang mojito lychee."
"Kok kamu inget sih? .(haha)"
"Dia order itu, terus pas tadi nyari teteh bilangnya gitu, dicari mojito lychee gitu."
"Oooh, okeee."
Aku sempat terkejut tapi tidak ingin terlihat seperti pengecut. Dengan pecaya diri aku menghampiri dan menyapanya. Mungkin berjarak lima langkah dia sudah menyadari aku menuju ke mejanya. Dia tersenyum, aku membalas senyuman itu sekedarnya dan,
"Dari tadi?."
"Setengah jam mungkin."
"Kok sendirian?."
"Nanti kan jadi berdua sama kamu."
"Ooh ada perlu?."
"Emang kamu kira?."
"Kirain sengaja nongkrong."
"Gak apa-apa kan aku tunggu?."
"Gak apa-apa siih, tapi masih tiga jam lagi baru balik."
"Gak apa-apa, aku udah ngitung kok. santai aja."
"Aku cuekin yaah, masih kerja."
"Okee."
"Okee, lanjut."
Berjalan mundur aku meninggalkan dia. Bersikap seolah tidak peduli, seolah baik-baik saja dan yaaah begitulah, semuanya hanya seolah-olah. Tiga jam kemudian setelah menyelesaikan pekerjaan dan berganti pakaian aku kembali ke mejanya dan duduk bersamanya,
"Disini aja yaah, gak usah keluar. ...