Enam bulan silam, Penelope tampil dalam pesta kebun di malam kampanye seorang calon wali kota. Kesempurnaan ragawinya sungguh memesona --dalam balutan gaun malam merah menyala, tubuhnya bagai boneka pualam—serta suara merdunya ketika melantunkan lagu-lagu nostalgia mampu meluluhkan hati siapapun yang memandangnya. Dan, malam itu seorang lelaki berkepala botak mempersembahkan setangkai mawar merah untuknya.
Tak ada yang istimewa dari persembahan mawar itu. Penelope t...