Dia mutant! Penuh keganjilan. Rang dalam ingatanku ialah sesosok lelaki merdesa yang memanjakan mata. Maka aku tak tahu harus merespon bagaimana saat didatangi pria bersepah yang mengaku sebagai dirinya.
"Jangan mencariku!” bentaknya seraya menghunuskan katana1 tepat ke depan wajahku.
Selagi aku berusaha mengatasi takut dan kebingungan, ia mulai terbahak dengan bibir membiru dan separuh tubuh tertimbun salju.
***
"God!"
Semburan dahsyat membuatku terpekik dan terjaga, semerta seringai Bey yang berpagar menyambut. Pelaku serangan air itu membuatku ingin memaki.
“Komputernya mati, tuh!” ia berseru, menunjuk layar monitor datar di tengah ruangan.
"Deadline gue!"
Seketika kadar kesadaranku melonjak naik, setengah gila kuberlari menuju meja kerja, demi tahu nasib rendering2 separuh jalan yang kutinggal tidur. Kunyalakan komputer, bergegas mencari folder bertajuk Kota Utopis dan menemukan tiga image residen bergaya Minka3 terpampang apik.
"Gue kira bakal gagal presentasi dan alamat potong fee..." Aku membuang napas lega, upah pekerjaaku sebagai freelancer 3D artist dala...