"Kawinlah dengan Mas Pur. Setidaknya, Bapak tidak akan mengkhawatirkan masa depanmu. Dia cukup terpandang, urusan hati itu bisa diatur. Bapak dan Ibumu dulu juga begitu. Rasa cinta bisa menyusul nanti."
Kawin? Aku paling benci dengar kata itu. Apalagi dengan Mas Pur yang lebih tepat aku sebut sebagai bapak. Aku jelas saja mau protes, tapi aku memilih diam karena alasan bapak baru ditinggal ibu. Meskipun ini bukan perdagangan manusia, aku merasa se...