Aku nyinyir. Maka, kuceritakan padamu Tuan Yang Dipertuankan Kota Besar tentang negara kita yang terbiasa dinilai dari satu titik: Jakarta. Tidak, tidak akan kutulis ini di media sosial atau manapun. Ini aman. Ini hanya melalui kertas sekadarnya yang kau baca dan bisa langsung kau buang, tanpa banyak komentar dari warga dunia maya hingga membuatmu membanting gawai. Pun, kau boleh mencibir dan anggap ini semua hanya rasa iri yang berlebihan. Terserah. Aku memang nyinyir.
Tuan Yang Dipertuankan Kota Besar, kakekku seorang penyair. Tiba di Jakarta ketika kata masih sedemikian mah...