Kemarin, Ibu marah lagi. Sebabnya tidak jauh-jauh dari nilai matematika Tian yang enam puluh lagi. Ibu Guru bilang, itu sudah kemajuan. Namun sepertinya, Ibu tidak sependapat. Ibu ingin nilai matematika Tian seratus. Ibu ingin anak itu bisa terpilih mengikuti olimpiade matematika—lomba bergengsi yang dulu tidak pernah bisa Ibu ikuti. Ibu tidak ingin Tian seperti dirinya; prestasi biasa, pekerjaan biasa, kehidupan biasa. Tian harus mahir matemat...