Malam itu, di rumah kontrakan lantai empat, aku menatap langit yang sunyi. Jaket tipis yang kupakai tak mampu menghalau dingin yang merayap ke kulit. Aku memeluk tubuhku sendiri, seakan itu bisa memberi kehangatan yang sudah lama hilang dari hidupku.
Layar HP di genggamanku mulai meredup. 3%, hampir mati. Aku mendesah. "Sial, chargernya dibawa Mamat lagi." Kakiku menendang kursi di depanku, membuatnya jatuh ke lantai dengan bunyi berdebum yang men...