Langsung saja ke inti dari pada membuka paragraf dengan berbunga-bunga—saya tahu justru di bagian ini yang paling menentukan—soal masalah yang mau saya sampaikan. Eh, masalah? Sepertinya banyak hal yang layak disebut masalah ketimbang sekelumit yang mau saya urai. Bukan berarti tak penting sama sekali. Tapi, yah, Ibu tahu lah. Perkara teknis dalam suatu cerita tak lebih penting dari isi dan daya pikat sebuah cerita. Sekarang kita tentukan saja setelahnya. Deal?
Jadi, sejak cerita itu Ibu lansir, tersebar, dan menginap di kantung simpan digital pembaca, saya jadi gusar sendiri. Tak biasanya saya punya perasaan seperti itu. Saya seperti menahan kencing di malam sunt...