SURAT UNTUK SURTI

Oleh: Aji Nurhamzah

PAGI. Dia akan pergi meninggalkan istri, ke tempat yang tak bisa bertegur sapa lagi. Menyebrang. Sampai bola mata tak saling bertatapan. Gemuruh ombak dan teriakan, bersahutan melepas sepi.

Lambaian tangan. Perpisahan kapal dengan tepi. Sebelum jauh merangkak, orang-orang berebut janji. Begitu juga Narsuji pada istrinya. “Selepas sampai, aku akan berkirim surat!” teriak memastikan, bahwa rindu akan datang seperti ombak di tempat perpisahan.

Air mata. Deras menuju laut dan samudra...

Baca selengkapnya →