Nyatanya menjadi dewasa juga merelakan kepergian. Meski itu sudah lama terjadi, tetapi sisa perasaannya masih menyangkut di sela-sela hatiku. Aku ingat ketika masih di pondok, seorang kakak kelas mengoper satu eksemplar buku karya Mary Wollstonecraft kepadaku yang masih mengenakan mukena. Bakda subuh waktu itu, aku menatapnya kebingungan, bukannya membawa buku bacaan dilarang? Namun aku tetap membukanya secara diam-diam. Membacanya saat orang-ora...