Hidup semakin dewasa semakin berat dijalani. Apalagi harus mengikuti gaya hidup di Jakarta yang begitu cepat. Bagaimana bisa seorang anak tunggal yang bisa dibilang kini menjadi tulang punggung keluarganya untuk memiliki segala sesuatu yang indah dipandang dan nyaman dipakai hanya dengan gaji UMR alias upah minimum regional.
Iya sih kalau dibandingkan dengan UMR kota-kota lain, di Jakarta bisa terbilang besar, tapi kalau untuk makan sehari-hari, transportasi aja sudah setengah lebih dari gaji. Belum bayar-bayar kebutuhan pokok, nabung, dan lainnya. Mana ada itu uang lebih untuk nongkrong tiap malam minggu di salah satu mall aja.
Gak heran sih kalau trend mommy sugar dan daddy sugar sangat menarik perhatian bagi anak-anak muda di Jakarta ini. Pasti deh kalau lagi bokek, hal ini yang sering jadi bahan candaan. “Gw butuh daddy sugar nih,” “Mana nih daddy sugar gw,” dan sebagainya.
Tapi sebenarnya kalau beneran dapet daddy sugar gitu, yang tiba-tiba direct message (DM) di Instagram pasti aku juga akan decline dan block akunnya. Karena meski rasanya enak punya orang yang akan bisa kasih uang banyak, tapi tetap aja hal tersebut dipandang buruk sama masyarakat. Apalagi kalau misalkan ternyata si daddy sugar atau mommy sugar itu udah nikah dan punya anak. Engga deh.
Tapi apalah daya. Saat ini aku lagi sangat antusias memilih baju-baju cantik di salah satu gerai di mal besar di Jakarta. Tanpa aku harus merasa khawatir akan berapa total uang yang harus dikeluarkan. Kenapa? Kare...