Tentang Tumpangan
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Bulan Juli mengingatkanku akan berbagai kenangan indah atau sebaliknya. Coba kulik sebentar. Teringat tentang tumpangan pada beberapa kala demikian.
Berbicara masalah tumpangan, seringkali masa kecil di desa dilakukan oleh mendiang nenek. Ketika menunggu bus jurusan Trenggalek – Tulungagung yang lewat depan rumah terlalu lama, nenek sering menyetop kendaraan yang lewat. Nenek tidak peduli jenis kendaraan apa yang lewat. Walaupun bukan jenis kendaraan penumpang, gasak saja!
Kadang truk pun disetop hanya dengan melambai tangan, untuk nebeng sampai terminal. Jarak rumah ke terminal sekitar enam kilometer, tetapi hanya lurus saja tanpa berbelok. Tentu saja kiri kanan saat itu hanya sawah semata yang dalam bahasa Jawa sering disebut ‘bulak.’ Artinya lahan luas tanpa rumah. Masih beruntung kalau tanamannya padi, nah … kalau tebu seringkali menjadi tempat sepi sasaran begal beraksi.
Uniknya lagi, entah mengapa para sopir kendaraan apa pun seola...