Pukul 7 pagi, silau matahari menembus kaca kamarku yang bening. Lalu ibu datang dengan teriakan biasanya.
“Rey, kamu siang terus bangunnya. Ayo cepet mandi dan berangkat sekolah. Jangan mageran terus dong!”
Begitulah frasa inti yang selalu terucap oleh ibu. Selalu memberi peringatan kepadaku tentang betapa tidak baiknya menjadi sosok yang malas gerak. Padahal, kenapa perlu sebising itu soal diri yang mageran ini? Bukankah mageran itu tanda meni...