Gadis itu sibuk menarikan jari - jari lentiknya diatas keyboard, menuliskan berbagai kata pada sesuatu yang ia kerjakan. Namanya Tama, saat ini ia sedang berada di perpustakaan milik salah satu kampus yang terletak di Depok. Sebenarnya ini bukanlah kampusnya, tetapi karena sahabatnya ada yang melakukan sidang hasil. Ia pun datang untuk memberikan dukungan. Tama datang terlalu cepat sehingga ia menghabiskan waktu ditempat ini terlebih dahulu. Salahkan Jeha sahabatnya yang salah mengirim jadwal, tidak tanggung - tanggung Jeha membuat Tama datang lima jam sebelum waktu asli sidangnya.
Cukup lama melakukan kegiatannya, Tama pun mengalihkan pandangan dari layar laptopnya. Hitung - hitung beristirahat sejenak. Melirik ke sekitar, Tama melihat sosok yang ia kenali sebagai Zen mendekat ke tempatnya saat ini. Zen adalah teman SMA-nya dulu sekaligus laki - laki yang membuatnya jatuh cinta hingga sekarang. Dirinya dan Zen jarang berinteraksi bahkan Tama ragu Zen masih mengingat dirinya karena hubungan mereka yang sebatas ‘nice to know’ saja.
Bermaksud menghindari kontak, Tama buru - buru fokus ke laptopnya lagi. Namun, sepertinya Zen telah lebih dulu menyadari keberadaannya.
“Tama ya?” tanya Zen begitu melewati meja tempatnya berada.
“Iyaa, Zen ya? Halo, apakabar?” Tama menjawab pertanyaan Zen dengan kikuk.
“Iya bener, gue baik, lo sendiri gimana? lo ngapain disini? Setau gue, lo ga disini kampusnya,” Zen kembali melanjutkan percakapan bahkan pemuda itu menarik bangku disebelah Tama lalu duduk disana dengan santai.
“Gue baik dan gue emang ga disini kampusnya, gue cuma mau datengin simpronya Jeha, cuma masih agak sorean dan gua datang kecepatan. Jadi daripada planga plongo gue memutuskan kesini sekaligus coba perpusnya,” sesantai mungkin Tama menjawab sembari mengontrol hatinya yang berdetak kencang. Dia tidak pernah mengobrol sedekat ini dengan Zen sebelumnya.
“Ooo I see, seperti biasa lo selalu rajin dan multitasking dimanapun,” komentar Zen.
“Perasaan lo aja kali tuh, gue mah gini - gini aja, lo sendiri ada kegiatan apa hari ini? Sidang juga ya? Soalnya rapih banget,” Tama balik bertanya, mumpung bisa berinteraksi ia ingin memanfaatkannya karena tidak tau kapan lagi kesempatan ini datang.
“Iya gue semhas juga , sekitar dua jam lagi, doain lancar. Btw lo mau ikutan nonton ga?” sebuah respone tak terduga dilontarkan oleh Zen.
“Ngga enak ihh maaf, orang luar gini nonton kan pasti ada kenalan lo yang lain,..