Tawa anak-anak pecah, meledak di bawah terik matahari siang, mengalahkan bisingnya Jakarta yang selalu riuh. Di tengah lapangan becek yang dikelilingi tembok-tembok kusam, berdirilah sesosok pria dengan setelan badut yang kebesaran. Wajahnya dipenuhi riasan tebal, dengan bibir merah yang ditarik lebar ke atas, dan hidung bulat yang memerah. Ia adalah Om Badut, pahlawan kecil yang datang setiap Minggu.
"Mana suaranya?" teriak Om Badut, suaranya sed...