“Papa! Aku yakin tahun ini Sinterklas akan memberiku hadiah natal!”
Teriakan itu diiringi dengan suara langkah kaki cepat tak beraturan dari tangga kayu yang sudah reyot di rumah kami.
Adikku, Ilis, berlarian menghampiri Papa dan menceritakan tentang mimpinya yang bertemu dengan Sinterklas dengan mata berbinar. Ah! Aku tahu tatapan itu. Tatapan penuh harap pada apa yang seharusnya tidak diberi kepercayaan.
Aku memberengut kesal. Kupandang adikku...