Hujan selalu turun sama seperti biasa—pelan, membasuh halaman sekolah yang dipenuhi ubin-ubin licin. Namun bagi Aksa, setiap tetesnya seperti mengingatkan sesuatu yang belum selesai. Ia berdiri di bawah atap koridor, ransel sekolahnya menggantung di salah satu bahu. Rambutnya yang sedikit berantakan meneteskan air. Ulangan matematika barusan membuat mood-nya jatuh seperti cuaca hari ini.
“Kalau kamu basah-basahan terus, besok sakit,” suara s...