Hari itu hujan deras, gemuruh langit membuat jendela apartemen Arvin bergoyang pelan, bergetar dengan ritme yang tak menentu. Arvin menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Di dalam pikirannya, percakapan-percakapan berputar dengan mereka yang tak pernah benar-benar ada.
“Kamu harus mendengarkannya,” bisik sebuah suara dalam kepalanya.
Arvin menghela napas panjang, mencoba mengabaikan desakan suara-suara itu, tapi semakin ia mencoba, semakin keras pula kumpulan suara itu berbicara. Sejak beberapa bulan lalu, hidup Arvin berubah drastis. Semuanya dimulai ketika ia bertemu dengan Alia, seorang wanita yang tak pernah bisa ia lupakan. Kehadirannya mengganggu Arvin, seperti bayangan yang selalu membuntutinya.
Alia bukan wanita biasa, setidaknya begitulah Arvin selalu berpikir. Dia tak bisa pa...