Baru saja tiga hari semenjak IPDA Andano dipindahtugaskan—karena naik pangkat—ke Kota Tanjungpinang; sebuah kota kecil yang dia harap tak menghadirkan banyak kasus-kasus rumit. Namun, harapan Andano untuk dapat bekerja lebih santai itu seperti memukul wajahnya dengan keras. Karena hari ini dia menerima laporan tentang suami-istri yang ditemukan tewas di rumahnya sekitar pukul sembilan pagi, dan unitnyalah yang mendapat tugas mengusut kasus itu.
Reserse tiga puluh enam tahun itu tak mengetahui di daerah mana tujuannya berada lantaran enggan menyimak seorang dari unitnya yang sibuk berceloteh sejak awal perjalanan. Yang dia tahu hanyalah mobil yang dia tumpangi berhenti di salah satu blok perumahan berjalan aspal yang tak begitu luas, tetapi pas untuk dilewati dua mobil berlawanan arah.
Rumah tipe 36 di depannya saat ini terlihat begitu muram. Bagian terasnya yang bersemen itu terparkir satu sepeda motor tipe lama yang hampir seluruh bagiannya tertutupi debu tebal. Di sepanjang halaman rumah tanpa pagar itu sudah dibatasi garis polisi dengan dua personel SPKT dan dua lagi dari Sabhara yang tampak berdiri melakukan pengamanan.
Seperti yang dia duga, kelakuan orang-orang di kota ini juga tak berbeda dengan tempatnya dahulu bertugas; suka berkerumun di de...