Pagi itu, embun masih menggantung di ujung daun pisang di belakang rumahku. Angin membawa bau tanah basah, menyusup sampai ke dada. Di sudut teras, radio tua milik Mamiq sudah lama terdiam. Yang masih setia hanya satu, yaitu jam tangan cokelat lusuh dan usang yang melingkar di pergelangan tanganku dengan sedikit longgar, seperti kenangan yang belum selesai.
Aku duduk diam, memandangi jam itu. Buka...