Waktu yang tertinggal di halte

Oleh: alvaro

Langit sore itu seperti lukisan yang belum selesai. Warna oranye bercampur ungu, seolah matahari sedang ragu untuk benar-benar tenggelam. Di halte tua depan sekolah, aku duduk sendirian. Hujan baru saja reda, menyisakan aroma tanah yang menenangkan. Suara tetesan air dari atap seng halte terdengar seperti lagu pelan yang menenangkan, tapi entah kenapa, rasanya justru sunyi.

Sudah tiga bulan aku menunggu bus yang sama, di waktu yang sama. Bukan karena aku benar-benar menunggu bus — tapi karena aku menunggu sesuatu ...

Baca selengkapnya →