Kadangkala ia hanya termenung sambil menatap gawai di gengamannya, keningnya mengerut, tak jarang serapahnya keluar dalam bisikan. Tapi aku mendengarnya dengan jelas.
“Peyek udang satu, sayur tahu, nasinya setengah,” ucapnya tanpa menengok ke arahku. Bahkan saat aku memberinya uang kembalian, ia masih abai akan keberadaanku.
Pukul 12.25, ia pasti sudah berdiri dengan tangan mengantongi saku, atau dilipat di dada sambil mengamati rak kaca. Seb...